PERANAN
METODE PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM KULIAH FILSAFAT ILMU
Disusun guna memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Oleh :
Vivi Nurvitasari
(PEP B/ 15701251012)
PROGRAM
STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan bukan
lagi menjadi hak asasi manusia pada umumnya, namun pendidikan telah menjadi
suatu kewajiban bagi setiap manusia. Pendidikan tidak selalu didapatkan dalam
kegiatan formal namun juga dapat dicapai melalui kegiatan non formal. Adanya
tujuan pendidikan yang turut mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang telah
tercantum dalam alinea ke-empat Pembukaan UUD 1945, maka beberapa pihak terus
melakukan suatu inovasi dalam dunia pendidikan. tujuan dari inovasi itu sendiri
adalah untuk memperbaiki sistem dan juga meningkatkan sistem pendidikan yang
sedang berjalan, khususnya sistem pendidikan di Indonesia. Banyaknya inovasi
yang dilakukan oleh pemerintah di bidang pendidikan juga berdampak bagi para
pendidik beserta para peserta didik pada umumnya.
Salah satu inovasi
yang dilakukan di dalam bidang pendidikan adalah inovasi pendekatan
pembelajaran yaitu dengan adanya peralihan pendekatan atau metode pembelajaran ceramah
ke metode pembelajaran konstruktivisme. Konstruktivisme itu sendiri merupakan
salah satu aliran modern dari filsafat. Konstruktivisme lebih diartikan dengan
membangun suatu ilmu pengetahuan melalui pengalaman yang didapatkan dalam
proses belajar. Pengalaman tersebut akan memperkaya ilmu pengetahuan dalam diri
peserta didik. Metode pembelajaran konstruktivisme dianggap sesuai apabila
diaplikasikan dalam dunia pendidikan karena metode pembelajaran tersebut lebih
terfokus pada problem solving dan
juga student-centered. Sehingga para
pendidik dituntut untuk dapat mengubah pola atau kebiasaan mengajarnya yang
sebelumnya berpusat pada pendidik, kini proses belajar mengajar harus berpusat
pada peserta didik itu sendiri sebagai subyek pendidikan yang sebenarnya.
Adanya hal tersebut turut serta menuntut peserta didik untuk mengubah kebiasaan
belajar mereka yang selama ini cenderung pasif dan hanya sekedar menerima apa
saja yang disampaikan oleh pendidik menjadi peserta didk yang aktif, mandiri,
dan kritis dalam mencari, membangun, dan mengembangkan ilmu pengetahuannya
sendiri.
Adanya penerapan
metode pembelajaran konstruktivisme ini diharapkan para peserta didik lebih
tertarik untuk mencari suatu cara dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
sedang mereka hadapi, sehingga peserta didik akan cenderung lebih aktif dan
kreatif dalam mencari suatu solusi untuk memecahkan permasalahan dan tidak
terus menerus bergantung pada proses yang cenderung instan dan hanya menekankan
pada hasil akhir yang memuaskan saja. Metode pembelajaran konstruktivisme
tersebut telah diterapkan diberbagai kegiatan pembelajaran, tidak terkecuali
dalam pembelajaran Filsafat Ilmu di semester satu pada Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta. Tujuannya adalah agar para mahasiswa tidak terkesan
pasif dan cenderung hanya menunggu perintah dari dosen untuk mempelajari materi
A, B, dan C, namun mahasiswa secara mandiri mampu untuk belajar sendiri dengan menggunakan
sumber belajar yang sesuai dengan materi perkuliahan Filsafat Ilmu tersebut.
Adanya penerapan
metode pembelajaran konstruktivisme dalam perkuliahan Filsafat Ilmu di semester
satu Program Pascasarjana UNY tersebut, mendorong penulis untuk membahas
tentang peranan metode pembelajaran konstruktivisme dalam perkuliahan Filsafat
Ilmu dengan memberikan suatu refleksi yang telah penulis dapatkan ketika
mengikuti proses perkuliahan Filsafat Ilmu.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar
belakang diatas, maka penulis telah dapat merumuskan beberapa permasalahan yang
muncul, diantaranya adalah:
1. Apa definisi dari metode pembelajaran
konstruktivisme?
2. Bagaimana gambaran
singkat tentang proses perkuliahan Filsafat Ilmu di Program Pascasarjana UNY?
3. Bagaimana peranan metode pembelajaran
konstruktivisme dalam kuliah Filsafat Ilmu?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan tentang definisi metode
pembelajaran
konstruktivisme.
2. Untuk menjelaskan
tentang gambaran singkat proses perkuliahan Filsafat Ilmu di Program
Pascasarjana UNY.
3. Untuk menjelaskan tentang peranan metode
pembelajaran konstruktivisme dalam kuliah Filsafat Ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Pembelajaran Konstruktivisme
Metode pembelajaran
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menekankan pada bagaimana peserta
didik memproses ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari lingkungan sekitar
sehingga peserta didik tidak serta merta hanya menerima ilmu pengetahuan yang
diberikan oleh lingkungan sekitarnya namun peserta didik secara aktif mampu
dalam menyusun atau mengorganisisr ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan
tersebut. Adanya metode pembelajaran konstruktivisme ini mendorong peserta
didik untuk tidak lagi berperan sebagai pendengar pasif ketika proses belajar
mengajar berlangsung namun peserta didik secara langsung berperan sebagai
subyek yang aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Metode pembelajaran
konstruktivisme ini cenderung berpusat pada peserta didik atau sering disebut
dengan student-centered karena dalam penerapan
metode pembelajaran ini peserta didik sendirilah yang secara aktif, mandiri,
dan kritis untuk mencari dan membangun ilmu pengetahuannya sendiri dengan
menggunakan beberapa sumber belajar yang telah disediakan oleh pendidik maupun
oleh lingkungan sekitarnya. Peran pendidik dalam metode pembelajaran
konstruktivisme ini adalah sebagai fasilitator dan motivator. Peran pendidik
sebagai fasilitator ialah dimana pendidik berusaha untuk menyediakan fasilitas
berupa sumber belajar bagi peserta didik yang memiliki berbagai gaya belajar
yang berbeda-beda. Guru juga dapat berperan dalam menyediakan berbagai
kesempatan bagi peserta didik untuk dapat beraktivitas dalam proses belajarnya
sehingga peserta didik akan mendapatkan banyak pengalaman dari proses belajar
mereka tersebut. Sedangkan peran pendidik sebagai motivator adalah dimana
pendidik terus berusaha dalam memberikan dorongan atau motivasi kepada peserta
didik dalam usahanya membangun ilmu pengetahuan secara mandiri.
Metode pembelajaran
konstruktivisme ini tidak hanya berfokus pada hasil belajar peserta didik,
tetapi juga berfokus pada proses dimana peserta didik tersebut melakukan usaha
dalam belajar secara aktif dan mandiri. Sehingga dari proses belajarnya
tersebut peserta didik akan mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
memberikan sumbangan banyak ilmu pengetahuan bagi peserta didik itu sendiri.
Ilmu pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya oleh peserta didik tersebut
dapat disinergikan atau dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang baru yang dapat
bersumber dari pendidik, teman sebaya atau dari sumber belajar lain, sehingga
akan menghasilkan suatu pemahaman baru akan sebuah ilmu pengetahuan dan hal
tersebutlah yang menjadi suatu proses dari konstruksi ilmu pengetahuan yang
harus dimiliki oleh setiap peserta didik.
Dalam penerapan
metode pembelajaran konstruktivisme, peserta didik harus dilibatkan secara
langsung dalam proses atau aktivitas belajar mengajar agar mereka dapat membangun
sendiri pemahamannya akan suatu ilmu pengetahuan. hal tersebut juga secara
tidak langsung akan dapat mendorong cara berpikir peserat didik untuk lebih
kritis, logis, dan sistematis dalam mencari suatu cara untuk membangun
pemahamannya tersebut. Dorongan untuk lebih dapat berpikir secara kritis,
logis, dan sistematis tersebutlah yang merupakan salah satu tujuan dari
penerapan metode pembelajaran konstruktivisme, supaya peserta didik nantinya
dapat mengaplikasikan cara berpikir mereka yang kritis, logis, dan sistematis
tersebut dalam pencarian solusi untuk menyelesaiakan suatu permasalahan yang
mereka hadapi.
Metode pembelajaran
konstruktivisme secara tidak langsung tidak hanya menuntut kehadiran secara
fisik para peserta didik, namun juga menuntut kehadiran ide-ide, gagasan, dan
pemahaman dari peserta didik yang telah mereka dapatkan dari proses belajar
mandiri yang telah mereka lakukan sebelum mereka mengikuti proses pembelajaran
didalam kelas. Sehingga suatu pemahaman akan ilmu pengetahuan tidak semata-mata
didapatkan dari apa yang pendidik paparkan ketika proses belajar mengajar
berlangsung namun pemahaman ilmu pengetahuan tersebut telah peserta didik
dapatkan sebelum proses belajar mengajar berlangsung agar ketika proses belajar
mengajar berlangsung, peserta didik telah memiliki bekal berupa pemahaman
tentang materi yang akan disampaikan oleh pendidik, dan peserta didik dapat
memberikan kritisasi terhadap materi yang dijelaskan oleh pendidik. Pendidik
juga akan dapat melakukan suatu aktivitas tanya jawab dengan peserta didik
dengan efektif apabila para peserta didik telah memiliki suatu pemahaman yang
mendalam terhadap materi pembelajaran.
B.
Proses Perkuliahan Filsafat Ilmu
Pada awal kuliah
semester satu di Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, terdapat
beberapa mata kuliah yang harus diambil oleh para mahasiswa, salah satu
diantaranya adalah mata kuliah Filsafat Ilmu. Mata kuliah tersebut diampu oleh
beberapa dosen pengampu yang berbeda, salah satunya adalah Prof. Dr. Marsigit,
M.A. beliau merupakan seorang guru besar yang memiliki banyak pengalaman dalam
bidang pendidikan matematika dan juga filsafat.
Menurut Prof. Dr.
Marsigit, M.A., pembelajaran Filsafat Ilmu merupakan suatu pembelajaran yang
berusaha untuk merefleksikan pikiran-pikiran para filsuf yang kemudian
dijadikan sebagai objek berpikir sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan
filsafat-filsafat baru yang diinteraksikan dengan pengalaman kehidupan sehingga
akan menciptakan suatu pengetahuan atau ilmu yang baru. Objek dalam fisafat itu
sendiri adalah segala hal yang ada dan yang mungkin ada. Pengetahuan tentang
filsafat dapat berasalh dari manapun selagi kita sebagai mahasiswa aktif dan
kritis dalam memandang suatu hal atau fenomena yang ada dan yang terjadi bahkan
yang mungkin akan terjadi dalam kehidupan kita. Salah satu contoh mempelajari
filsafat adalah dengan mempelajari tentang konsep kehidupan manusia dimana
dalam hidup itu manusia harus menjadikan hati sebagai dasar dalam kita
bertindak dan berolah pikir karena ketika hati kita telah diduduki setan maka
kehidupan kita juga akan selamanya dipengaruhi oleh setan. Dalam membangun
konsep kehidupan juga harus dibatasi dengan suatu spiritual yang berupa
keyakinan terhadap Tuhan. Dengan adanya keyakinan tersebut maka kita sebagai
manusia akan terus berusaha untuk dapat memaknai segala hal yang terjadi dalam
kehidupan kita agar kita karena kita telah percaya bahwa apapun yang terjdi itu
tidak pernah lepas dari campur tangan Tuhan, dan pada akhirnya kita akan dapat
selalu bersyukur dan bersikap rendah hati dalam menjalani kehidupan. Hal
tersebut diatas merupakan sebagian refleksi tentang apa yang selalu Prof. Dr.
Marsigit, M.A. sampaikan dalam proses perkuliahan Filsafat Ilmu.
Proses perkuliahan
Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. menggunakan media
pembelajaran berupa blog yang didalamnya terdapat artikel-artikel yang telah
beliau tulis untuk memfasilitasi setiap mahasiswanya agar dapat belajar
filsafat dimanapun dan kapanpun. Sehingga Prof. Dr. Marsigit, M.A. selalu
meminta mahasiswanya untuk membaca, membaca, dan membaca berbagai sumber primer
maupun sumber sekunder untuk membangun pemahaman mahasiswa tentang makna atau
definisi dari filsafat itu sendiri.
Sumber belajar
primer dalam belajar filsafat adalah sumber yang memuat tentang pikiran-pikiran
para filsuf, sedangkan sumber sekundernya berupa pengalaman-pengalaman yang
telah mahasiswa dapatkan dapatkan ketika melakukan proses belajar sebelumnya.
Sedangkan sumber primer untuk mendapatkan materi dalam mata kuliah Filsafat
Ilmu adalah blog pribadi Prof. Dr. Marsigit, M.A., dan sumber tambahan dalam
belajar filsafat adalah buku-buku yang memuat tentang pemikiran-pemikiran para
filsuf.
Dari kegiatan
membaca blog Prof. Dr. Marsigit, M.A. tersebut, mahasiswa juga diminta untuk
memberikan komentarnya pada setiap artikel yang telah Prof. Dr. Marsigit, M.A.
tulis. Hal tersebut diharapkan dapat membangun pemahaman mahasiswa tentang definisi
filsafat. Ketika proses perkuliahan berlangsung, Prof. Dr. Marsigit, M.A. akan
meminta mahasiswanya untuk membuat pertanyaan tentang apa yang telah mahasiswa
baca sebelumnya di dalam artikel yang ada di blog Prof. Dr. Marsigit, M.A. Hal
tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa dan menguji
tingkat berpikir kritis dari mahasiswa setelah mahasiswa membaca isi artikel
dalam blog Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Dalam perkuliahan
Filsafat Ilmu tersebut, Prof. Dr. Marsigit, M.A. juga sering memberikan tes
jawab singkat yang juga bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman yang
didapatkan oleh mahasiswa dari kegiatan membaca artikel dalam blog. Beberapa
kegiatan tersebut dianggap efektif bagi mahasiswa karena mereka akan
mendapatkan pemahaman tentang apa itu filsafat berdasarkan dari kuantitas dan
kualitas bacaan mereka. Seperti yang telah disebutkan oleh Prof. Dr. Marsigit,
M.A. bahwa sebenar-benarnya filsafat adalah dirimu sendiri, jadi pemahaman
filsafat setiap orang itu berbeda-beda tergantung pada banyaknya membaca dan
banyaknya pengalaman yang ia dapatkan dari proses belajar tersebut.
C.
Peran Metode Pembelajaran Konstruktivisme dalam Perkuliahan Filsafat Ilmu
Penerapan metode
pembelajaran konstruktivisme dalam perkuliahan Filsafat Ilmu berlangsung ketika
proses mahasiswa membaca secara mandiri dan berusaha untuk mengkritisi isi dari
artikel dalam blog tersebut. Ketika proses membaca berlangsung, mahasiswa
berusaha untuk membangun sendiri pemahamannya tentang definisi filsafat
berdasarkan apa yang mereka baca dan kemudian mereka sinergikan dengan
pengalaman dalam kehidupan mereka. Ketika proses perkuliahan berlangsung, maka
mahasiswa telah memiliki suatu bekal berupa pemahaman yang mereka dapatkan
secara mandiri yang nantinya akan mereka bandingkan dengan materi yang
disampaikan oleh dosen pengampu, dari hasil perbandingan pengetahuan tersebut
maka akan tercipta suatu pemahaman baru yang merupakan suatu ilmu pengetahuan
baru bagi mahasiswa. Jadi, untuk mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu, dosen
tidak membiarkan mahasiswanya untuk datang mengikuti kuliah tanpa bekal
pengalaman atau pengetahuan apapun, namun dosen meminta mahasiswa untuk
membekali dirinya dengan cara membaca artikel yang ada dalam blog Prof. Dr.
Marsigit, M.A..
Dalam kegiatan
mengkritisi isi artikel blog Prof. Dr. Marsigit, M.A., metode pembelajaran
konstruktivisme juga ikut berperan dimana salah satu ciri-ciri metode
pembelajaran tersebut adalah mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta
didik. Sama halnya dengan salah satu ciri-ciri tersebut bahwa kegiatan
mengkritisi isi artikel yang ada dalam blog Prof. Dr. Marsigit, M.A. merupakan
suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat meningkatkan potensi dan juga
kreatifitas mahasiswa dalam berolah pikir. Setelah mereka berusaha membangun
pemahaman mereka sendiri dengan cara memperbanyak membaca artikel dalam blog,
kemudian mereka berusaha untuk mengembangkan pemahaman yang telah mereka
dapatkan dengan cara memberikan komentar-komentar mereka dalam artikel blog
tersebut. Dalam kegiatan memberikan komentar terhadap isi artikel dalam blog
Prof. Dr. Marsigit, M.A. tersebut, secara tidak langsung mahasiswa akan
terdorong untuk selalu berpikir kritis dan kreatif. Mahasiswa juga akan dapat
merefleksikan pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan dan juga
pengetahuan yang mahasiswa dapatkan sebelumnya.
Dengan menggunakan
pembelajaran e-learning berupa blog tersebut maka mahasiswa akan dapat belajar
dimanapun dan kapanpun, sehingga usaha untuk belajar mereka tidak hanya terbatas
terjadi didalam kelas ketika perkuliahan Filsafat Ilmu berlangsung. Hal
tersebut termasuk peran dari penerapan metode pembelajaran konstruktivisme
dimana peserta didik diberikan banyak kesempatan untuk dapat membangun dan
mengembangkan ilmu pengetahuannya dimanapun dan kapanpun mereka inginkan dan
butuhkan.
Adanya pembelajaran
yang difasilitasi dengan media blog ini dapat memberikan kesempatan bagi para
mahsiswa untuk dapat membangun hubungan sosial dengan mahasiswa yang lainnya
dengan cara saling menyimak komentar-komentar dari mahasiswa yang satu dengan
mahasiswa yang lain, sehingga mahasiswa tidak hanya fokus dalam meningkatkan
kemampuan kognitifnya namun juga mahasiswa secara tidak langsung akan dapat meningkatkan
kemampuan dalam bersosialisasi. Hal tersebut merupakan salah satu manfaat yang
diberikan dengan adanya penerapan metode pembelajaran konstruktivisme dalam
proses perkuliahan Filsafat Ilmu.
Salah satu prinsip
metode pembelajaran konstruktivisme adalah pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja tanpa adanya keaktifan peserta didik itu sendiri. Sehingga dalam
perkuliahan Filsafat Ilmu ini, mahasiswa akan selalu dituntut aktif dalam
membaca karena dalam hal tersebut dosen pengampu telah berperan sebagai
fasilitator dengan cara menyediakan media pembelajaran yang dapat diakses
dengan mudah oleh mahasiswa. Membaca itulah yang akan dapat membantu mahasiswa
untuk memindahkan ilmu pengetahuan dari dosen pengampu kepada mahasiswa itu
sendiri tentunya dengan usaha belajar dan membaca yang dilakukan oleh para
mahasiswa. Selain sebagai fasilitator dengan menyediakan media pembelajaran
berupa blog, Prof. Dr. Marsigit, M.A. juga berperan sebagai motivator yang
selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada mahasiswanya untuk selalu
menggali ilmu pengetahauan mereka tentang filsafat dari berbagai sumber
belajar, khususnya dari pikiran-pikiran para filsuf karena berfilsafat
merupakan kegiatan merefleksikan pemikiran para filsuf.
Dengan segala
pengalaman yang telah didapatkan oleh para mahasiswa dalam proses belajar dan
membaca artikel yang ada didalam blog Prof. Dr. Marsigit, M.A. tersebut, akan
membuat mahasiswa kaya akan pengalaman dan itu berarti bahwa ilmu pengetahuan
mahasiswa pun akan bertambah. Sehingga mahasiswa akan dapat membangun sendiri
definisi dari filsafat dan mahasiswa akan dapat membangun secara mandiri
filsafat hidupnya sesuai dengan pengalaman dan pemahaman yang telah mereka
dapatkan selama proses belajar mandiri tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka
proses pembelajaran akan lebih bermakna bagi setiap mahasiswa karena mahasiswa
telah terlibat secara langsung dan secara aktif dalam proses perkuliahan
Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Berdasarkan hal yang
telah diuraikan diatas, bahwa metode pembelajaran konstruktivisme sangatlah
memberikan peranan penting dalam proses perkuliahan Filsafat Ilmu dimana
mahasiswa diberikan kesempatan yang lebih untuk dapat melakukan usaha
belajarnya dimanapun dan kapanpun dengan media pembelajaran dan sumber
pembelajaran yang telah disediakan oleh
Prof. Dr. Marsigit, M.A. Metode tersebut juga berperan dalam melibatkan
mahasiswa secara langsung dalam proses pembelajaran (kognitif) dan juga proses
interaksi sosial dengan saling bertukar ide atau gagasan dengan sesama
mahasiswa yang lain juga dengan dosen pengampu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode pembelajaran
konstruktivisme merupakan metode yang sesuai dengan sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini karena metode pembelajaran konstruktivisme mendorong
peserta didik untuk meningkatkan cara berpikir yang logis, kreatif, kritis, dan
sistematis dalam memandang suatu permasalahan dan mencari solusi yang tepat
untuk memecahkan suatu permasalahan. Adanya perubahan dalam penerapan metode
pembelajaran ceramah menjadi metode pembelajaran konstruktivisme merupakan salah
satu langkah inovasi pendidikan yang dipandang tepat dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia karena keunggulan metode pembelajaran
konstruktivisme dibanding metode pembelajaran yang lain adalah metode pembelajaran
konstruktivisme lebih memberikan banyak kesempatan bagi peserta didik untuk
dapat beraktivitas dalam melakukan usaha belajar untuk membangun pemahamannya
sendiri tentang ilmu pengetahuan yang ada dilingkungan sekitarnya. Sehingga
siswa akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk mendapatkan banyak pengalaman
dalam melakukan proses belajar yang nantinya dari banyaknya pengalaman yang
didapat tersebut juga akan mempengaruhi banyaknya ilmu pengatahuan yang
didapatkan oleh peserta didik.
Dalam penerapan
metode pembelajaran konstruktivisme tersebut peran pendidik lebih terfokus
sebagai fasilitator dan juga motivator bagi para peserta didik. Sebagai
fasilitator, maka pendidik harus berusaha untuk menyediakan sumber, media, dan
juga aktivitas pembelajaran bagi setiap peserta didik yang cenderung memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga pendidik tidak lagi aktif dalam
menstransfer materi kepada peserta didik dan membuat peserta didik menjadi
pendengar dan penerima materi yang pasif dalam proses belajar mengajar, namun
dengan menggunakan metode pembelajaran konstruktivisme ini, pendidik akan
cenderung lebih pasif dan peserta didik yang harus lebih aktif dalam menggali
pemahamannya akan suatu ilmu pengetahuan menggunakan sumber, media, dan
aktivitas pembelajaran yang sudah disediakan oleh pendidik. Sedangkan peran
pendidik sebagai motivator adalah bagaimana cara pendidik untuk selalu
mendorong dan memotivasi peserta didik agar dapat memanfaatkan hal-hal yang ada
disekitarnya sebagai sumber belajarnya untuk dapat mendapatkan suatu pengalaman
belajar yang nantinya akan dapat menciptakan suatu ilmu pengetahuan baru bagi
peserta didik.
Metode pembelajaran
konstruktivisme juga telah diterapkan dalam proses perkuliahan Filsafat Ilmu
pada semester satu Program Pascasarajana UNY. Proses perkuliahan yang dilakukan
pada hari Kamis diruang 306A gedung baru Pascasarjana UNY dan diampu oleh Prof.
Dr. Marsigit, M.A. menggunakan media pembelajaran berupa blog pribadi yang
sengaja dibuat oleh dosen untuk memfasilitasi para mahasiswanya dalam belajar
filsafat dimanapun dan kapanpun. Dalam blog tersebut terdapat lebih dari 600
artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. yang bertemakan pendidikan,
matematika dan juga filsafat. Setiap mahasiswa yang mengikuti perkuliahan
Filsafat Ilmu yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. diminta untuk membaca
artikel-artikel yang ada didalam blog tersebut dan memberikan komentarnya pada
artikel yang telah dibaca.
Metode pembelajaran
konstruktivisme yang telah diterapkan dalam proses perkuliahan Filsafat Ilmu
tersebut berperan sebagai suatu metode pembelajaran yang membantu pendidik atau
dosen untuk dapat membuat mahasiswanya menjadi mahasiswa yang aktif, kritis,
dan logis dalam berpikir. Peran pendidik sebagai fasilitator telah dilakukan dengan
cara menyediakan sumber belajar bagi para mahasiswanya berupa blog yang
didalamnya berisi lebih dari 600 artikel sehingga mahasiswa dapat belajar
secara mandiri dan tidak terus menerus bergantung pada apa yang dijelaskan oleh
pendidik dikelas. Mahasiswa akan dapat melakukan usaha belajar dimanapun dan
kapanpun dengan media pembelajaran blog tersebut dan mahasiswa akan dapat
membangun pemahamannya sendiri tentang definisi dari filsafat.
Filsafat merupakan
diri kita sendiri maka dari itu filsafat itu berdasarkan pada apa yang telah
kita pahami dari hasil belajar kita, maka mahasiswa dituntut aktif dalam
membaca agar lebih banyak lagi pemahaman yang mereka dapatkan dari proses
membaca tersebut dan akan memperkaya ilmu pengetahuan mereka tentang filsafat.
Penggunaan blog selain untuk meningkatkan kemampuan kognitif mahasiswa juga
dapat meningkatkan kemampuan sosial mahasiswa dimana mahasiswa selain
menyampaikan pemahaman, ide, dan gagasan yang mereka dapatkan dari proses
membaca, mereka juga akan dapat berinteraksi dengan mahasiswa yang lain dan
juga dengan dosen pengampu dengan cara saling menyimak komentar mahasiswa yang
lainnya. Oleh karena itu, penerapan metode pembelajaran konstruktivisme ini
memiliki peranan yang penting dalam proses perkuliahan Filsafat Ilmu karena
akan dapat membantu mahasiswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri dan juga
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi para mahasiswa sehingga mahasiswa
tidak terus menerus pasif untuk menerima apa yang disampaikan oleh dosen.